MANAJEMEN PENDIDIKAN USIAN DINI

 MANAJEMEN PENDIDIKAN USIA DINI




Manajemen- Salah satu yang menjadi tujuan pembangunan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya, dalam usaha memenuhi tanggungjawab dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa, maka pemerintah, keluarga, dan masyarakat saling bekerjasama dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan dilaksanakan mulai dari tingkatan pendidikan dasar hingga Perguruan Tinggi (PT). Sementara itu, Tirtaraharja dan La Sulo (2005:76), menyatakan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) masih dilihat sebagai kelompok belajar yang memfasilitasi anak dalam suasana hidup di keluarga dan sekolah dasar. Usia 0-6 tahun ini merupakan usia penting bagi anak, sehingga juga disebut dengan usia emas (golden age). Mariyana, dkk., (2010:11) menyatakan, hasil dari berbagai penelitian memperlihatkan bahwa 50%-80% otak anak berkembang pada usia tersebut. Oleh dikarenakan itu, masa ini merupakan masa yang tepat sebagai peletak dasar pengembangan dalam berbagai kecerdasan, baik secara  intelektual, bahasa, sosial, agama, dan lain  sebagainya.


Pendidikan anak usia dini mempunyai ciri karakteristik tersendiri, mereka memiliki ciri khas menyukai aktivitas langsung dan berbagai situasi yang berkaitan dengan minat dan pengalamannya. Oleh dikarenakan itu, anak usia dini lebih bagus dengan pola pembelajaran yang konkret dan aktivitas motorik. Menurut Musfiroh (2008:129) pendidikan anak usia dini di Indonesia mendapati masa penuh dilema. Pendidik hingga saat ini masih menerapkan pendekatan akademik dengan hafalan. cara yang sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan anak belum seutuhnya diterapkan.

Gardner (dalam Musfiroh, 2008:15), mengatakan sesungguhnya  setiap individu dasarnya adalah cerdas. Masing-masing individu ini mempunyai setidaknya sepuluh dasar kecerdasan , antara lain: “kecerdasan bahasa, kecerdasan matematika kecerdasan ruang, kecerdasan gerak/tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan eksistensial. Menurut Budiningsih (2005:114) sepuluh kecerdasan tersebut Berdasarkan gambaran di atas biasa dikatakan dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligences).

Kamaludin (1989:3) menyatakan manajemen merupakan penyelesaian tujuan melalui  usaha orang lain. Manajemen bisa merupakan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan dalam mencapai tujuan  organisasi melalui pengorganisasian penggunaan sumber daya manusia dan material. sedangkan  manajemen menurut Fattah (2008:1) yang mengatakan “manajemen mempunyai pengertian suatu proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar semua tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien”.

Istilah lain dari manajemen, yaitu pengelolaan. asal kata manajemen itu sendiri berasal dari kata dalam bahasa inggris, yaitu management yang mempunyai arti  ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan (Djamarah dan Zain, 2006:175).  menurut Arikunto (1992:8) arti pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusansupaya sesuatu yang dikelola bisa berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien.pada sisi lain, pendapat yang sama dikemukakan oleh Rahayu (2011:1) yang mengatakan bahwa manajemen adalah sistem “pengelolaan dapat didefinisikan atau diartikan sebuah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan-kegiatan orang lain”.

Pembelajaran adalah merupaka suatu perbuatan atau suatu kegiatan yang di utamakan pada hal-hal yang khusus yang bisa dipelajari oleh peserta didik (Smith dan Ragan dalam Setyosari, 2001:2). ada juga Pendapat lain yang menyatakan tentang pembelajaran yang  dikemukakan oleh Hamalik (1995:57) yang mengatakan, pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam yang sisi berbeda Gagne dan Briggs (dalam Purwasih, 2012:2) mengertikan pembelajaran sebagai serangkain events (kondisi, peristiwa, dan kejadian) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung mudah.

Kegiatan pembelajaran meliputi  semua kegiatan yang dimungkinkan mempunyai efek  pengaruh langsung pada sebuah proses belajar manusia. Hal-hal yang dapat diperhatikan dalam suatu manajemen pembelajaran adalah sebagai berikut: jadwal kegiatan guru sampai siswa, strategi pembelajaran, pengelolaan bahan suatu praktik, pengelolaan suatu alat bantu, pembelajaran bertim, program remidi dan penyaringan, dan peningkatan kualitas pembelajaran (Ardiansyah, 2011:2). dalam operasional, manajemen pembelajaran merupakan suatu pelaksanaan fungsi- fungsi manajemen pada suatu komponen pembelajaran, yaitu: siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana atau alat dan evaluasi. Ruang lingkup sebuah manajemen pembelajaran bisa terlihat dari kegiatan manajemen pembelajaran.

Cunningham (dalam Pidarta, 1988:1) mengatakan perencanaan adalah memfilter dan menyatukan suatu pengetahuan, fakta atau sebenarnya, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang untuk tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang ditargetkan sesuai urutan kegiatan yang diperlukan, dengan perilaku dalam batas yang dapat kita terima dalam  penyeleksi. adapaun menurut Yuspen (2009:1) “perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses membantu pengajar secara sistematis dan menganalisis suatu kebutuhan pelajar dan menyusun kemungkinan yang berhubungan dengan kebutuhan”. Sedangkan  Sudjana menyatakan (dalam Khan, 2012:1)  perencanaan pembelajaran adalah kegiatan mengutamakan tindakan apa yang harus  dilaksanakan didalam suatu pembelajaran yakni dengan cara mengatur dan merespon berbagai komponen  pembelajaran, sehingga tujuan kegiatan , materi kegiatan, aplikasi penyampaian kegiatan (metode dan teknik), serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis. Guru yang baik dan juga administrative minded akan selalu mempersiapkan diri, yakni  merencanakan suatu program dan bahan pelajaran yang nantinya akan diajarkannya (Mulyadi, 2009:75). dalam sebuah perencanaan suatu pembelajaran yang akan disusun dengan sistematis dan akan berfungsi menjadi sebuah pedoman untuk guru di dalam membatasi suatu kegiatan pembelajaran agar sesuai dengan batas yang ditetapkan dalam sebuah perencanaan.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar peserta didik yang sesuai perencanaan yang telah ditetapkan agar mencapai penguasaan kompetensi (Depdiknas, 2004:16). Proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan sebuah penciptaan lingkungan yang memungkinkan peserta didik belajar secara aktif. Sebagai upaya menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif diperlukan sistem pembelajaran yang memung-kinkan siswa belajar secara maksimal dan tidak mengalami kejenuhan, oleh karena itu diperlukan juga manajemen kelas yang baik. Hasibuan dan Moedjiono (2010:82) menyatakan, keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan remedial.

Arikunto, S. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta: CV Rajawali.

Budiningsih, A. C. 2005. Belajar dan Pembela- jaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fattah, N. 2008. Landasan Manajemen Pendi- dikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamalik, O. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Musfiroh, T. 2008. Buku Materi Pokok PAUD, Modul 1-9: Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pidarta, M. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Bina Aksara.

Rahayu, N. P. A. 2011. Pengertian Pengelolaan Kelas,

Setyosari, P. 2Rancangamgan belajaran: Teori dan Praktek. Malang: Elang Mas.

Tirtaraharja, U & La Sulo, S. L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004b.

Jakarta: Depdiknas.

 

Posting Komentar untuk "MANAJEMEN PENDIDIKAN USIAN DINI"