Janji
kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan aparat desa yang disampaikan
Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Selain kebutuhan untuk meningkatkan
kesejahteraan PNS dan aparat desa, pengamat politik menilai kebijakan populis
ini bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas petahana di Pilpres 2019.
Pemerintah pada awal 2019 ini menjanjikan akan
menaikkan gaji Pegawai Negeri Sipil. Rencananya, gaji PNS dinaikkan sebesar 5%
pada tahun ini, terhitung sejak Januari. Dalam APBN 2019, pemerintah
menyediakan anggaran kenaikan gaji berkisar Rp 4 triliun-Rp 5 triliun.
Nantinya, kenaikan gaji tersebut juga
berpengaruh pada bonus dan tunjangan hari raya (THR) PNS. Pasalnya, gaji pokok
yang sudah naik akan menjadi basis untuk gaji ke-13 dan haji ke-14.
Tak hanya untuk PNS, pemerintah pun berjanji
menyetarakan gaji perangkat desa dengan PNS golongan IIA. Dengan demikian, para
perangkat desa akan diberikan gaji paling rendah Rp 1,9 juta.
"Ada kepentingan mensejahterakan PNS dan
aparat desa itu sebenarnya ada kebutuhan itu," kata Direktur Riset Populi
Center Usep S Ahyar kepada Katadata di
kantornya, Jakarta, akhir pekan lalu.
Meski demikian, kenaikan gaji PNS dan aparat
desa ini disinyalir juga digunakan untuk kepentingan Pilpres 2019. Pasalnya,
elektabilitas Jokowi di antara PNS dan aparat desa lebih rendah ketimbang
pesaingnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Berdasarkan survei terbaru Charta Politika,
elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin di kalangan PNS mencapai 40,4%. Angka ini
lebih rendah 4,3% ketimbang perolehan suara Prabowo-Sandiaga di kalangan
tersebut yang sebesar 44,7%. Dalam survei tersebut, sebesar 14,9% PNS tidak
menjawab.
Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di kalangan aparat
desa sebesar 30,8%. Sementara, Prabowo-Sandiaga memperoleh suara sebesar 53,8%.
Sebesar 15,4% aparat desa tidak menjawab.
"Wajar saja itu ada muatan politik ya,
saya kira apa pun yang dilakukan petahana enggak mungkin lepas dari itu,"
kata Usep.
Usep menilai, peningkatan gaji PNS dan aparat
desa dapat menaikkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf. Meski demikian, hal tersebut
tak terlalu berpengaruh signifikan.
Sebab, basis kalangan PNS hanya sebesar 2,4%
dari seluruh pemilih. Sementara itu, basis kalangan aparat desa hanya sebesar
0,7% dari seluruh pemilih.
"Kalau lihat dihitung jumlah, mungkin
tidak signifikan dari total pemilih. Paling berapa persen dari sekian
banyak," kata Usep.
Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif
Charta Politika, Yunarto Wijaya. Menurut Yunarto, peningkatan gaji PNS dan
aparat desa memang memiliki pengaruh untuk menaikkan elektabilitas.
Hanya saja, perlu ditilik pula variabel
lainnya terkait kenyamanan mereka dalam sistem birokrasi yang dibangun di era
pemerintahan. Menurut Yunarto, ada sebagian PNS dan aparat desa yang merasa
terganggu dengan sistem birokrasi saat ini.
Hal tersebut, lanjutnya, membuat sebagian PNS
dan aparat desa itu enggan memilih Jokowi-Ma'ruf dalam Pilpres 2019.
"Mungkin sensitivitas dari pegawai desa, aparat desa, atau PNS yang merasa
perubahan sistem ini mengganggu kemapanan yang mereka miliki selama ini,"
kata Yunarto.
Sumber:katadata.co.id
Posting Komentar untuk "Kenaikan Gaji PNS dan Aparat Desa 2019"