Rasionalitas Dalam Berfilsafat
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan modern ini, filsafat bisa
diartikan sebagai ilmu yang berupaya memahami semua hal yang muncul di dalam keseluruhan
ruang lingkungan pandangan dan pengalaman umat manusia.
Perkembangan dan
perubahan zaman ke zaman memiliki corak dan ciri yang berbeda, kondisi ini
cenderung memacu manusia untuk selalu berfikir mencari nilai kebenaran itu
namun, karena ada perbedaan cara pandang dalam menafsirkan kebenaran tersebut,
maka belum ada kesepakatan mengenai hakikat dan difinisi filsafat.
Filsafat telah berhasil mengubah pola pikir
bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris.
Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian
di alam ini dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya para dewa harus dihormati dan
sekaligus ditakuti kemudian disembah dengan adanya filsafat, pola pikir yang
selalu bergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang bergantung pada
rasio. Kejadian alam, seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa
yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari,
bulan dan bumi berada pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan
menimpa sebagian permukaan bumi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Kata
filsafat berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata philosophia yang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang
berarti cinta, senang dan suka, serta kata sophia berarti
pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan ( Hamdani Ali,1986:7).
1.
Hasan Shadily (1984:9)
mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran.
Dengan demikian, dapat ditarik pengertian bahwa filsafat adalah cinta pada ilmu
pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi, orang
yang berfilsafat adalah orang yang cinta kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli
hikmah dan bijaksana.
2.
Sudarsono(1993:11-12)
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai
akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
3.
Rene Descrates,
filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia
menjadi pokok penyelidikan.
4.
Langeveld, filsafat
adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu
masalah-masalah yang mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
5.
Plato, filsafat adalah
pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
B. Pengertian Rasionalisme
Secara
etimologis Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism.
Kata ini berakar dari kata bahasa Latin ratio yang berarti
“akal”. Menurut A.R. Lacey bahwa berdasarkan akar katanya Rasionalisme adalah
sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan
dan pembenaran. Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran
yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber
kebenaran yang hakiki.
Sementara
itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran yang berpegang
pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan. Ia
menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau
unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi. Hanya pengetahuan
yang diperoleh melalui akal yang memenuhi syarat semua pengetahuan ilmiah.
Pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas pengetahuan yang diperoleh akal.
Akal tidak memerlukan pengalaman. Akal dapat menurunkan kebenaran dari dirinya
sendiri, yaitu atas dasar asas-asas pertama yang pasti.
Rasionalisme
tidak mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman hanya dipandang
sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Karenanya, aliran ini yakin bahwa
kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide, dan bukannya di dalam barang
sesuatu. Jika kebenaran bermakna sebagai mempunyai ide yang sesuai dengan atau
yang menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran
kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal saja.
Kaum Rasionalisme
mulai dengan sebuah pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai
membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut anggapannya
adalah jelas, tegas dan pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia mempunyai
kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia tidak menciptakannya,
maupun tidak mempelajari lewat pengalaman. Ide tersebut kiranya sudah ada “di
sana” sebagai bagian dari kenyataan dasar dan pikiran manusia.
Dalam
pengertian ini pikiran menalar. Kaum rasionalis berdalil bahwa karena pikiran
dapat memahami prinsip, maka prinsip itu harus ada, artinya prinsip
harus benar dan nyata. Jika prinsip itu tidak ada, orang tidak
mungkin akan dapat menggambarkannya. Prinsip dianggap sebagai sesuatu
yang apriori, dan karenanya prinsip tidak dikembangkan dari
pengalaman, bahkan sebaliknya pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau
dari prinsip tersebut.
C. Rasionalisme Dalam berfikir filsafat
Rasionalisme
adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat
terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu
pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.
Latarbelakang
munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala
pemikiran tradisional (scholastic), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak
mampu mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Pada tokoh aliran
Rasionalisme diantaranya adalah Descartes (1596- 1650 M ).
1. Rene Descartes ( 1596-
1650 M )
Descartes
disamping tokoh rasionalisme juga dianggap sebagai bapak filsafat, terutama karena
dia dalam filsafat-filsafat sungguh-sungguh diusahakan adanya metode serta
penyelidikan yang mendalam. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu
kedokteran.
Ia yang mendirikan
aliran Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercayai
adalah akal. Ia tidak puas dengan filsafat scholastik karena dilihatnya sebagai
saling bertentangan dan tidak ada kepastian. Adapun sebabnya karena tidak ada
metode berpikir yang pasti.
Descartes
merasa benar-benar ketegangan dan ketidak pastian merajalera ketika itu dalam
kalangan filsafat. Scholastic tak dapat memberi keterangan yang memuaskan
kepada ilmu dan filsafat baru yang dimajukan ketika itu kerapkali bertentangan
satu sama lain.
Descartes mengemukakan
metode baru yaitu metode keragu-raguan. Seakan- akan ia membuang segala
kepastian, karena ragu-ragu itu suatu cara berpikir. Ia ragu- ragu bukan untuk
ragu-ragu, melainkan untuk mencapai kepastian. Adapun sumber kebenaran adalah
rasio. Hanya rasio sejarah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Rasio
pulalah yang dapat memberi pemimpin dalam segala jalan pikiran. Adapun yang
benar itu hanya tindakan budi yang terang-benderang, yang disebutnya ideas
claires et distinctes. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber
kebenaran, maka aliran ini disebut Rasionalisme.
2.Spinoza (1632- 1677
M)
Spinoza
dilahirkan pada tahun 1632 M. Nama aslinya adalah barulah Spinoza ia adalah
seorang keturunan Yahudi di Amsterdam. Ia lepas dari segala ikatan agama maupun
masyarakat, ia mencita- citakan suatu sistem berdasrkan rasionalisme untuk
mencapai kebahagiaan bagi manusia.menurut Spinoza aturan atau hukum ynag
terdapat pada semua hal itu tidak lain dari aturan dan hukum yang terdapat pada
idea. Baik Spinoza maupun lebih ternyata mengikuti pemikiran Descartes itu, dua
tokoh terakhir ini juga menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam
metafisika, dan kedua juga mengikuti metode Descantes.
3.Leibniz
Gottfried
Eilhelm von Leibniz lahir pada tahun 1646 M dan meninggal pada tahun 1716 M. ia
filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai
pemerintahan, pembantu pejabat tinggi Negara. Waktu mudanya ahli piker Jerman
ini mempelajari scholastik.
Ia kenal kemudian
aliran- aliran filsafat modern dan mahir dalam ilmu. Ia menerima substansi
Spinoza akan tetapi tidak menerima paham serba tuhannya (pantesme). Menurut
Leibniz substansi itu memang mencantumkan segala dasar kesanggupannya, dari itu
mengandung segala kesungguhan pula. Untuk menerangkan permacam- macam didunia
ini diterima oleh Leibniz yang disebutnya monaden. Monaden ini semacam cermin
yang membayangkan kesempurnaan yang satu itu dengan cara sendiri.
BAB III
PENUTUP
Dalam kehidupan modern, filsafat telah
berhasil mengubah pola fikir manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris.
Filsafat memberikan landasan filosofi dalam memahami berbagi konsep dan teori
sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Dalam perkembangannya, filsafat terbentuk menjadi sepuluh aliran diantaranya
adalah Aliran Rasionalisme. Aliran ini berpandangan bahwa akal merupakan sumber
bagi pengetahuan dan pembenaran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide
yang masuk akal.
Aliran Rasionalisme merupakan dasar bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu alam yang menjadi pemicu
terbentuknya manusia dan masyarakat modern dan ilmiah dewasa ini.
Posting Komentar untuk "Rasionalitas Dalam Berfilsafat"